Rabu, 08 Maret 2023

Paroki Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Nanga Pinoh

        Paroki Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Nanga Pinoh adalah paroki dari Gereja Katolik yang termasuk dalam wilayah Keuskupan Sintang. Pusat Paroki Nanga Pinoh terletak di Desa Tanjung Niaga, sebuah desa perdagangan di bagian tengah Sungai Melawi, di Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi - Kalimantan Barat; dengan banyak penduduknya adalah keturunan Cina. Paroki Nanga Pinoh merupakan pemekaran dari Paroki Kristus Raja, Katedral Sintang sejak tahun 1949 yang dirintis oleh misionaris dari ordo Montfortan (SMM); di mana kemudian diserahkan dalam pelayanan para imam diosesan Keuskupan Sintang.

Sejarah Paroki SPMDKS Nanga Pinoh

A.     Karya Misi Nanga Pinoh Dirintis oleh Para Pastor SMM

Sejarah mewarnai peristiwa keselamatan manusia. Sejarah menjadi saksi dari masa ke masa. Karena sejarah mencatat peristiwa dan tokoh yang melahirkan pengetahuan dan tradisi. Itulah salah satu motivasi penulisan sejarah Gereja Katolik Paroki Santa Perawan Maria Diangkagt Ke Surga Nanga Pinoh. Pada mulanya Nanga Pinoh merupakan bagian dari wilayah pastoral paroki Katedral Kristus Raja Sintang. Pelayanan pastoral dimulai dengan kunjungan pastor Y. Linssen, SMM di Nanga Pinoh. Kunjungannya ditanggapi oleh 18 orang yang mau belajar Agama Katolik. Maka mulailah proses katekumenat terhadap delapan belas orang tersebut.

Delapan belas orang tersebut  ditambah dengan umat Katolik yang baru pindah  dari Singkawang menjadi umat perdana bagi Gereja Katolik Nanga Pinoh. Proses peribadatan dimulai di sebuah rumah keluarga Tionghoa yang bernama Antonius Djan Sui Tjin.  Berkat kemurahan Tuhan, Gereja Muda ini mendapatkan sebidang tanah yang diberikan oleh keluarga Khu Khim Lin untuk dijadikan lokasi pembangunan Gereja. Tanah ini diperluas sedikit demi sedikit sehingga layak menjadi lokasi Gereja. Kemudian dibangun sebuah Gereja dan pastoran kecil yang terdiri dari tiga kamar di belakangnya. Perkembangan umat mulai nampak sehingga Nanga Pinoh dijadikan paroki pada tanggal 15 Agustus 1949 dengan nama pelindung Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga dan Passtor Y. Linssen, SMM diangkat menjadi Pastor Paroki yang pertama.

Setelah tiga tahun menjadi Pastor Paroki SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh, Pastor Y. Linssen, SMM mendapatkan tugas perutusan baru ke Putusibau Kapuas Hulu. Beliau kemudian diganti oleh Pastor Schellart, SMM yang bertanggungjawab dengan wilayah Ella Hilir dan Kayan; Pastor Van Cuyk, SMM bertanggung jawab dengan wilayah pastoral Serawai; Pastor Bernard, SMM dan Pastor Eunen secara khusus berpastoral di kalangan Etnis Tionghoa karena kefasihannya dalam bahasa China.  Karena letaknya yang sangat strategis maka Nanga Pinoh dijadikan pusat Misi di jalur Sungai Melawi dan Sungai Pinoh.

Perkembangan paroki semakin pesat. Umat bertambah tetapi tenaga pastoral berkurang. Maka datanglah para Suster dari  SMFA pada Tahun 1952 di Nanga Pinoh. Para Suster ini untuk sementara waktu memakai rumah keluarga Ibu Antonia Tsung Khioek Moi. Adapun karya  para Suster ini adalah kursus rumah tangga seperti menyulam dan menjahit dan karya kesehatan dengan membuka klinik serta tourne ke kampung-kampung. Lambat laun para Suster SMFA mengelola Asrama Putri yang dampaknya sangat bagus bagi perkembangan gereja di Stasi-stasi.

Pada tahun 1954 Pastor Schellart mudik ke sungai Pinoh dan Pastor Van Cuyk ke Kota Baru yang kemudian akan menjadi cikal bakal stasi Kota Baru. Pada Tahun 1956 Pastor Eunen diangkat menjadi Pastor Paroki  dengan wilayah pelayanan yang sangat luas yaitu Menukung, Ela Hilir, Belimbing, Kota Baru, Sayan, Sokan, Dedai, Kayan Hilir dan Kayan Hulu. Umat semakin berkembang secara kuantitas dan wilayah semakin luas, sementara tenaga Pastoral tidak memadai, maka dibentuklah Dewan Pastoral Paroki yang pertama pada tahun 1969. Kesadaran awam untuk terlibat  dalam pelayanan pastoral ditandai dengan munculnya tenaga sukarela sebagai katekis lokal seperti, Ibu Cau Jin, Bapak Cu Khun Nyan. Mereka mengajar agama dalam bahasa China. Kemudian muncul Katekis yang resmi diangkat yaitu Petrus Bon Bun Djong yang mengajar agama dalam bahasa China.

Pada tahun 1972 Paroki semakin menyadari pentingnya tenaga pastoral awam di kampung-kampung. Untuk mewujudkan ide ini perlu didirikan asrama untuk menampung para pemuda yang mau belajar di Nanga Pinoh. Maka pada tahun 1974 Asrama Putra didirikan di sekitar lokasi Gereja.  Mereka dipersiapkan sebagai orang terpelajar tetapi juga bisa menjadi pemimpin yang cakap dan disiplin. Para alumni Asrama ini baik yang melanjutkan sekolahnya maupun yang terputus di tengah jalan ketika kembali ke masyarakat memberikan dampak positif bagi perkembangan gereja hingga saat ini.

Perkembangan umat sudah pesat, gereja pertama sudah tidak dapat menampung umat lagi sehingga Pastor Paroki bersama DPP mempersiapkan pembangunan Gereja baru. Pembangunan Gereja dimulai pada tahun 1975 dan berkat kerjasama umat dan Pastor Paroki, Gereja baru ini selesai dibangun pada tahun 1976.  Gereja baru yang megah pada jamannya itu diresmikan dan diberkati oleh Pastor Swerts yang bertindak sebagai Vikjen Keuskupan Sintang. Ketika pembangunan Gereja usai, muncul kesadaran akan pentingnya  pastoral di bidang pendidikan. Maka Pastor bekerja sama dengan DPP mendirikan Sekolah Menengah Pertama berbasis Katolik dengan nama SMP Setya Budi. Sekolah ini menjadi salah satu kebanggaan yang dimiliki Gereja Katolik SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh sampai saat ini.

 

B.        Misionaris CM Berkarya di Nanga Pinoh

            Kehadiran para Pastor Kongregasi Misi (CM) di Melawi dimulai dengan kedatangan para Misionaris yang berpindah tugas dari Misi Vietnam pada tahun 1976. Para Misionaris yang datang adalah Pastor Jacques Gros CM, Pastor Gabriel Dethune CM, Pastor V. Berset CM dan Pastor Crawford CM. Kemudian disusul misionari CM dari Jawa yaitu Pastor Paulus Aryono CM dan satu tahun kemudian disusul oleh Pastor Carlo Karyanto,CM. Para misionaris CM ini memilih kampung Bundao Kecamatan Menukung  sebagai pusat pastoral.

            Pada tahun 1980 Paroki Nanga Pinoh yang sangat luas ini dimekarkan menjadi enam paroki yaitu Paroki Belimbing; Paroki Kota Baru yang mencakup Sayan, Tanah Pinoh dan Sokan; Paroki Ella Hilir, Paroki Menukung, Paroki Dedai, dan Kayan Hulu (Nanga Mau). Sedangkan Kayan Hilir masih termasuk wilayah Paroki Nanga Pinoh. Dengan adanya pemekaran Paroki, maka para pastor  CM yang tinggal bersama di Bundao mulai menempati wilayah pastoral yang baru. Pastor Carlo Karyanto menjadi Pastor Paroki Ella Hilir;  Pastor Gabriel Dethune CM menjadi pastor paroki Menukung.

            Pada tahun 1981 Pastor Paroki Nanga Pinoh Pastor H.Van Cuyk, SMM yang sangat dicintai oleh umatnya karena kefasihannya berbahasa China dipanggil oleh Tuhan. Beliau dimakamkan di Pemakaman Katolik Nanga Pinoh dan setiap tahun umat berziarah di makamnya. Kemudian beliau diganti oleh Pastor Swerts SMM yang dibantu oleh Pastor Jacques Gros CM dan Pastor Vedastus Riky Pr. Pada Tahun 1984 Pastor Swerts SMM diganti oleh Pastor Niko Scheneiders SMM yang dibantu oleh Pastor Jacques Gros CM dan Pastor Valentino  Bosio CM. Dan setelah dua tahun menjadi Pastor Paroki  beliau diganti oleh Pastor Paulus Aryono CM yang dibantu oleh Pastor Agus Sudaryanto CM.

            Pada tahun 1988 Pastor Paulus Aryono CM diganti oleh Pastor Agus Sudaryanto. Tetapi karena Pastor Agus Sudaryanto mendapat penugasan baru ke Surabaya pada tahun 1991 maka terjadi kekosongan sehingga diisi sementara oleh Pastor Jacques Gros CM yang dibantu oleh Pastor Bani Suatmadji CM. Namun tidak lama kemudian datang pastor paroki baru yaitu Pastor Stefanus Prio Oetomo CM pada tahun 1992. Pada tahun 1994 Pastor Prio mendirikan TK Bunda dan bercita-cita akan mendirikan SD Swasta Katolik. Tetapi karena ada penugasan baru ke Jawa,  kemudian beliau diganti oleh Pastor Aloysius Budiyanto CM dan pengelolaan TK Bunda diserhkan kepada Suster Yosephin OSU.

            Pada tahun 1995 Paroki Nanga Pinoh dipimpin oleh pastor Aloysius Budiyanto CM. Komitmennya untuk melanjutkan program pendahulunya bagi berdirinya sebuah Sekolah Dasar Swasta Katolik menjadi kenyataan, yaitu dengan berdirinya SD Yos Soedarso Nanga Pinoh pada tahun 1996. Dengan segala macam cara Pastor Budi mulai merencanakan pembangunan Gedung SD Yos Soedarso. Dan dengan berkat Tuhan akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1998 gedung baru SD Yos Soedarso Nanga Pinoh diresmikan. Dalam menjalankan pelayanan pastoral Pastor Budi dibantu oleh Pastor Martinus Prajaka CM yang mempunyai komitmen yang cukup tinggi bagi pelayanan umat di stasi-stasi serta kelompok Kategorial yang ada di pusat paroki. Pada tahun 1999 Pastor Aloysius Budiyanto CM diganti oleh Pastor Antonius Sapta Widada CM.

Dalam usianya yang ke-50, paroki yang berlindung kepada Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh ini telah memiliki 38 stasi dan enam lingkungan di Pusat Paroki. Paroki yang telah melahirkan enam paroki baru ini ditinggalkan oleh Pastor Antonius Sapto Widodo CM pada tahun 2001 sehingga untuk sementara roda pastoral dipimpin oleh Pastor Petrus Kukuh Dono Budono CM dan Pada tahun 2002 Paroki Nanga Pinoh mulai dipimpin oleh Pastor Markus M Hardo Iswanto CM yang dibantu oleh Pastor Stephanus Sunaring CM.

Dalam pastoral, kedua Pastor ini melibatkan tenaga awam dari pusat paroki untuk melakukan tourney ke kampung-kampung terutama pada masa Adven, Natal, Prapaskah dan Pekan Suci. Sehingga menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi umat sampai saat ini. Dalam bidang pembangunan fisik beliau membangun gedung lokamas secara permanen yang menjadi salah satu tempat favorit untuk melakukan berbagai kegiatan baik di kalangan umat Katolik maupun masyarakat umum di Nanga Pinoh dan sekitarnya. Pada tahun 2005  kedua Pastor ini mengakiri masa pelayanannya di paroki ini karena adanya kebijakan keuskupan dengan pimpinan CM yang menyerahkan pelayanan pastoral paroki kepada para Pastor Projo Keuskupan Sintang.

 

C.     Karya Pastoral Diserahkan kepada Imam Projo

Keuskupan mengangkat Pastor Piet Apot, Pr menjadi Pastor Paroki. Fokus perhatiannya adalah pemberdayaan umat. Beliau mulai memotivasi umat paroki yang potensial untuk mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh keuskupan dan menggerakan pertemuan atau pelatihan bagi pengurus Gereja Stasi, sehingga mereka dapat memimpin  ibadat dengan baik di stasinya masing-masing. Salah satu karya pastoral inovatif yang digagas Pastor Piet adalah Katekumen Imlek. Katekumen Imlek adalah sebuah program paroki yang kontekstual  untuk melayani masyarakat Tionghoa yang berada di Nanga Pinoh yang merasa terpanggil untuk menjadi orang Katolik. Setelah mereka dipersiapkan selama sepuluh kali pertemuan oleh Seksi Pewartaan, para katekumen dibaptis pada Misa Syukur Imlek.

Setalah dua  tahun berkarya sebagai Pastor Paroki, Pastor Piet Apot bersama DPP merencanakan pembangunan Gereja Baru. Pembangunan dimulai dengan penggalangan dana dari umat paroki. Penggalangan dana berjalan dengan lancar tetapi memang belum seimbang dengan gambaran Gereja yang ingin dibangun. Bersamaan dengan itu Pastor Piet Apot juga membangun beberapa Gereja Stasi, Gedung TK Bunda, Gedung SD Yos Sudarso yang memakan banyak energi, waktu dan dana. Maka proses pembangunan Gereja Paroki terus ditunda. Tetapi pada tahun 2014 titik awal pembangunan dimulai dengan membongkar Gereja Lama dan menggunakan Gedung Lokamas sebagai Gereja Sementara.

Dalam proses perkembangan selanjutnya atas pertimbangan yang diberikan oleh konsultan, pembangunan Gereja tidak dilakukan di lokasi Gereja Lama, tetapi di tempat yang sekarang. Maka perlu waktu lagi untuk membersihkan lahan yaitu dengan membongkar pastoran, lokamas dan sebagian gedung SD Yos Sudarso. Maka pada tahun 2016 peletakan batu pertama pembangunan Gereja yang baru dimulai. Pembangunan tahap pertama berlangsung satu tahun dan pada tahun 2017 Pastor Piet Apot setelah dua belas tahun berkarya di Nanga Pinoh akhirnya pindah ke paroki yang baru. Selama berkarya di Nanga Pinoh Pastor Piet pernah ditemani oleh Pastor Matheus Rampai Pr, Pastor Salesius Jeratu Pr, Pastor Markus Kornelius Marhusen Pr, Pastor Gabriel Dwiatmoko Heri Purwanto Pr dan Pastor Markus Soje Pr.

            Dari tahun 2017 Paroki SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh dipimpin oleh RD. Markus Suwito Mantiri yang dibantu oleh RD. Andreas Puan dan RD. Yoseph Dosi M. Fokus perhatian Pastor Markus Suwito adalah melanjutkan pembangunan Gereja Paroki, SD Yos Sudarso dan beberapa Gereja Stasi. Dengan berbagai macam cara Pastor Wito menggerakkan donasi dari umat dan juga dari Pemerintah Daerah. Puji Tuhan dalam tempo tiga tahun beberapa pekerjaan besar itu hampir tuntas dikerjakan berkat kerja sama para pastor dengan umat paroki.       

Dalam melanjutkan pembangunan Gereja Paroki, Pastor Markus Suwito mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan interior Gereja. Dengan berbagai macam referensi yang dicari akhirnya beliau memutuskan untuk memilih desain interior gaya Gotik. Patung Dua Belas  Rasul dan Empat Pengarang Injil menjadi simbol suci yang menghiasi interior Gereja. Altar, Ambo dan Meja Kreden dibuat dari Kayu Jati tua yang dipesan dari  Jepara Jawa Tengah. Satu harapan dan keyakinan bahwa umat yang datang berdoa dan mengikuti Perayaan Ekaristi di Gereja ini merasakan keagungan Tuhan sehingga menikmati keheningan dan ketenangan bathin.

Selain itu Pastor Markus Suwito juga mempunyai komitmen untuk menjalankan manajemen pastoral dengan administrasi paroki  yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal itu dimulai dengan pertemuan Pengurus DPP untuk merumuskan Program Kerja, pelatihan pembukuan sederhana kepada DPP Harian dan Pengurus Stasi, Sistem Pelaporan Keuangan secara rutin dalam rapat DPP Harian dan laporan administrasi rutin dari Sekretaris Paroki kepada Pastor Paroki setiap Minggu. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menjadikan Paroki Nanga Pinoh menjadi paroki model dalam hal administrasi paroki.

 

D.       Mitra Pastoral Gereja Paroki

Dalam menjalankan reksa pastoral, Paroki Nanga Pinoh mempunyai mitra pastoral. Adapun  Mitra Pastoralnya  adalah Susteran  ALMA, Susteran Ursulin dan Komunitas CM. Susteran ALMA berusaha menampilkan wajah Gereja yang penuh belas kasih kepada kaum marginal terutama mereka yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu para Suster mendirikan SLB dan perawatan kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Selain itu Para Suster ALMA juga terlibat aktif dalam pelayanan pastoral di kampung-kampung dan di Gereja-Gereja  Lingkungan Pusat Paroki.

Kedua, Komunitas Ursulin. Para suster Ursulin secara konsisten sejak awal  mengambil bagian dalam pelayanan gereja di bidang pendidikan. Dimulai dengan keterlibatan dalam mengelola TK Bunda, Asrama Putri yang mempersiapkan generasi muda yang berkualitas dan SMA Santa Maria yang menjadi sekolah tujuan karena kualitasnya. Selain itu para suster juga mengambil bagian dalam pelayanan pastoral ke Gereja-Gereja Stasi dan Lingkungan.

Ketiga, Komunitas CM. Komunitas CM  Nanga Pinoh mengelola Rumah Retret, Asrama  dan tempat pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Maka selain melayani pembinaan rohani, Komunitas CM Nanga Pinoh juga sering menyelenggarakan pelatihan dan pemberdayaan bagi masyarakat kampung. Para Pastor CM yang berkarya di Nanga Pinoh juga mengambil bagian dalam pelayanan rohani umat Paroki Nanga Pinoh  dalam Perayaan Ekaristi.

 

E.     Refleksi: Belajar pada Sejarah

Sejarah Gereja Nanga Pinoh  adalah catatan perjalanan yang menjadi saksi perkembangan Gereja kita dari waktu ke waktu. Dalam sejarah itu terlihat dengan jelas pelayanan tanpa pamrih dan penuh cinta dari para Misionaris yang disambut dengan  tulus oleh umat. Maka terbangunlah Gereja Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh pada tahun 1949. Perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah yang diumpamakan dengan biji sesawi menjadi nyata dalam perkembangan Gereja kita. Dari 18 orang di tahun 1949 kini menjadi puluhan ribu jumlah umat Katolik di Melawi. Inilah kuasa Roh Kudus yang menyertai GerejaNya sampai akhir jaman.

Dari sejarah, kita melihat Gereja berkembang dengan pewartaan yang tiada henti baik dari para imam, biarawan/wati dan juga kaum awam. Perkembangan Gereja ditopang dengan pendidikan baik formal maupun nonformal. TK Bunda, SD Yos Sudarso, SMP Setya Budi dan SMA Santa Maria adalah kekayaan Gereja yang membuat Gereja semakin berkualitas. Selain itu kehadiran Asrama baik yang dikelola oleh paroki, Pastor CM maupun para suster adalah media pastoral yang sangat bermanfaat untuk mempersiapkan tenaga pastoral sederhana di kampung-kampung.

Gereja Kecil yang dibangun pada tahun 1949 diganti dengan gereja yang lebih memadai pada tahun 1976. Empat puluh lima tahun kemudian gereja yang dianggap megah pada jamannya itu  diganti dengan Gereja yang lebih Megah. Itulah Gereja kita yang sekarang. Gereja ini dibangun dari harapan, cinta dan kerja sama. Kemegahanannya semoga mengungkapkan militansi kekatolikan kita yang kompak dan kokoh. Trima kasih Tuhan untuk berkatMu bagi Gereja kami Gereja Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh.



 

Sumber : https://spmdks.blogspot.com/p/sejarah-paroki-spmdks-nanga-pinoh.html & https://id.wikipedia.org/wiki/Paroki_Santa_Perawan_Maria_Diangkat_ke_Surga,_Nanga_Pinoh

0 komentar:

Posting Komentar